FKSM “nge-GAP” di Solidaridad, Pertumbuhan Teh  di Sintang Fantastis

Klivetvindonesia.com, SINTANG-Sabtu 5 Desember 2020 menjadi hari yang baru dan menarik untuk bahan pelajaran dan pengalaman. Beberapa NGO/ organisasi/komunitas yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masyarkat Sipil (FKMS) Kabupaten Sintang diajak untuk jalan-jalan sambil belajar Komuditas Berkelanjutan Share Learning Good Agriculture Praticy (GAP) Teh Dampingan CSO Solidaridad. Terungkap dari kegiatan tersebut, ternyata teh dapat tumbuh bahkan mengejutkan (fantastis) usia pertumbuhannya.

Anggota Solidaridad sekaligus pemilik kebun di Desa Sepulut Kecamatan Sepauk, Bambang Marius, mengungkapkan kalau awalnya tidak tahu saat diberikan 30 biji-bijian seperti biji yang biasa ditemukannya. “Namun setelah tahu, ternyata ujicoba semai biji tersebut berhasil, kemudian ditambah lagi sebanyak 50 biji lagi yang ternyata teh jenis Camelia Sinensis Assamica berasal dari India. Tanamah tersebut berdasarkan informasi saat kunjungan ke perkebunan teh katanya bisa ditumbuh di ketinggian 800 MDPL (meter diatas permukaan laut), tapi di Sepulut ini hanya 25 MDPL,” kata Marius disaat membuka sesi diskusi.

Bambang yang hadir bersama istri dan anaknya di kebun percobaan juga mengatakan ketika pertumbuhan teh di Sepulut usianya 1,5-an tahun, beberapa pihak yang memahami tentang tanaman teh terkejut. “Karena biasanya tanaman teh yang serupa baru bisa dipetik saat pertumbuhannya di usia 2,5 tahun. Di Sepulut ini, tanaman teh baru 1,5 tahunan sudah dapat menghasilkan,” kata Marius yang juga mengatakan saat ini dikebunya ada 15.000 bibit yang siap untuk ditanam.

Dia juga menjelaskan jika di Jawa Barat dengan iklim puncak yang dingin memang berbeda dengan cara menanam di daerah Sintang seperti di Sepulut. “Kita perlu menanam (menyiapkan) tanaman naungannya terlebih dulu agar tidak terlalu panas sehingga jarak tanamnya sedikit berbeda jika kita bandingkan dengan yang ada di Puncak Bogor. Namun kita (Solidaridad) juga sedang melakukan percobaan pendampingan penanaman teh ditempat terbuka di daerah Kelam,” kata Bambang Marius sembari mengatakan pohon naungan sebaiknya tidak terlalu penuh hingga menutupi pencahayaan matahari yang juga diperlukan pohon teh. “Soal rasa, apakah pohon naungan mempengaruhi juga secara ilmiah belum dapat dipastikan,” sambungnya. (ami/*)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *