klivetvindonesia.com-Matim-Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Elar Selatan,Kabupaten Manggarai Timur menuai Polemik.
Pasalnya salah satu Kartu ATM PKH yang diberikan oleh petugas tercantum beberapa nama pemilik sekaligus. Selain itu,saldo dalam ATM PKH hilang secara misterius.
Di Desa Nanga Meje salah satu ATM PKH tercantum tiga nama penerima bantuan yang berbeda
“Pada bagian luar ATM yang ditulis pakai sobekan kertas atas nama Valentina Ndale.Kemudian pada bagian dalam ATM juga ditulis tangan menggunakan kertas tertera nama Agnes Salah.Pada Bagian yang dicetak resmi tertera penerima manfaat PKH atas nama Emilia Wuleng”,kata Ferdinandes Bago kepada media ini Jumaat,11 Desember 2020 di Kejek,Desa Benteng Pau.
Bago menceritakan pada Bulan September lalu dirinya pergi berobat di rumah Valentina Ndale ,mertuanya yang merupakan warga Desa Nanga Meje.Kala itu ketika dirinya sedang istirahat di dalam rumah mertuanya,tiba-tiba salah seorang pendamping PKH yang diketahui adalah Marselinu Ekung mendatangi rumah tersebut untuk memberikan Kartu ATM PKH milik mertuanya.
Karena mertuanya sudah sangat tua dan tidak tahu soal urusan PKH,akhirnya Kartu ATM PKH tersebut diterima oleh Bago.
Namun Bago merasa kaget melihat nama yang tertera dalam kartu ATM yang diberikan tersebut ditempel menggunakan kertas yang ditulis tangan.Selain itu pendamping PKH tersebut juga tidak memberikan buku rekening PKH seperti biasanya.
“Saya mulai ragu kenapa nama ATM PKH mertua saya(Falentina Ndale)ditulis tangan pada sebuah kertas yang ditempel di luar ATM”,tutur Bago
Untuk membuktikan apakah ATM tersebut milik Falentina Ndale,Bago kemudian membawa ATM tersebut ke Agen Brilink terdekat.Namun Bago sangat kaget ketika melihat nama pemilik ATM tersebut bukan Falentina Ndale tetapi atas nama Emilia Wuleng.Selain itu saldo dalam ATM tersebut terlihat.
Lebih lanjut Bago menjelaskan hingga saat ini ATM PKH tersebut tidak bisa digunakan.Ketika melakukan pengecekan saldo di ATM BRI atau Brilink terdekat selalu mrncantumkan saldo kosong.
“saya beberapa kali cek bank maupun cek di agen Brilink terdekat selalu saja saldo kosong”,tambahnya.
Sementara itu,WS salah seorang warga desa Benteng Pau mengeluhkan kehilangan uang PKH di dalam ATM miliknya yang disimpan oleh Marselinus Ekung selaku Kordinator PKH Kecamatan Elar Selatan.
Pada bulan Mei 2020 WS memberikan ATM PKH kepada Marselinus lantaran selama beberapa bulan tidak mendapatkan bantuan Sembako.
“Waktu itu saya tanya pa Maksen(Sapaan akrab Marselinus Ekung) terkait kendala bantuan Sembako.Waktu itu saya ke rumahnya dan meminta dia untuk mengecek kartu saya.Saya serahkan ATM itu ke dia dengan maksud agar saya memperoleh bantuan sembako”,tutur WS.
Beberapa bulan kemudian WS kembali mendatangi rumah Marselinus untuk mengambil ATM miliknya dengan alasan untuk melakukan penarikan dana PKH.Kala itu Marselinus memberikan penjelasan bahwa WS tidak mendapatkan bantuan sembako.
“Waktu itu dia beritahu saya bahwa saya tidak mendapatkan sembako.dia bilang waktu dicek data tidak ditemukan”,pungkas WS
Lebih lanjut WS menjelaskan ketika dirinya ingin melakukan penarikan dana PKH di agen BRilink dirinya merasa kaget karena saldo dalam ATM PKH tersebut kosong.
“Saya kaget begitu cek saldo kosong sementara warga di kampung saya sudah melakukan penarikan dana PKH ini.Agen Brilink bilang bahwa dananya sudah ditarik”,tutur WS
Tanggapan Dari Marselinus Ekung
Sementara itu,ME ketika dikornfirmasi membantah segala informasi yang disampaikan warga.ME mengatakan bahwa dirinya tidak pernah memberikan ATM PKH kepada warga karena itu bukan merupakan tugasnya.Selain itu terkait pendobelan nama dalam satu ATM,ia mengatakan bahwa yang mencetak kartu ATM PKH tersebut adalah pihak Bank(tanpa menyebutkan Bank apa yang dimaksud) dan yang bertanggung jawab terhadap masalah itu adalah pihak Bank.
“Saya tidak pernah memberikan kartu PKH kepada warga,itu bohong. Yang keluarkan ATM PKH itu bukan saya tapi Bank”,kata ME dengan nada keras.
Terkait saldo dalam ATM yang hilang milik seorang warga desa Benteng Pau,ME mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menerima kartu ATM dari siapapun dan juga untuk mengurus bantuan sembako.
“Saya sering ke desa Benteng Pau tapi saya tidak pernah menerima ATM dari warga di desa itu untuk urus sembako”,tambahnya.