Oleh : Echik Dalima
Pada Minggu-Minggu menjelang peringatan kalahiran Juruselamat.Dunia ini sedang sakit (covid 19) dan tidak sama dengan hari natal sebelumnya.
Salam Dalam Kasih Tuhan,
Apakah pagi mampu membangunkan lelap tidur malammu? Burung berkicau,desau bayau serta sengat matahari malu-malu keluar dari peraduannya,rasanya bisa memaksamu untuk kembali berkarya menyamarkan dunia.
Keadaan ini membuat suasan di kotamu berlinang penuh air mata dan bahkan menggenangkan keruas-ruas jalanmu yang pilu.Tuhan lahir ditengah pandemi yang melelahkan ini.
Desember sungguh sepi,ada suara merdu yang terdengar ditelingaku “maafkan aku karenanya” bukan karena aku tidak menyayangiMu tapi aku ingin memberikanMu suatu pelajaran bahwa sepi itu sungguh menyakitkan dan itu semua berasal dari-Ku.
Anakku terkasih,kemarin aku melihat dari kejauhan seorang anak manusia termenung,ekspresi wajahnya sangat sedih Ia menatap kelangit sepertinya Ia sedang mencari aku,mulutnya tidak mengatakan apa-apa bahkan suara batinnya menjadi altemative disaat mulutnya terkunci.
Pandemi ini sungguh membosankan,dalam minggu ini kedepan kau memperingati kelahiran Sang Jurusamat kedunia,kau sebut Dia malaikat,kau sebut Dia juruselamat,kau sebut Dia Juruselamat,kau sebut Dia Penebus,namun jika saja pandemi ini terus merajalela maka kau akan menyambutKu dalam hatimu saja.Buat apa pohon natal dan dikelilingi lampu yang cantik jika kau tidak bersuka cita menyambutKu didunia.
Desember kali ini sungguh sepi,sunyi tak berbunyi tak ada lagi kembang api semuanya serasa mati sungguh melelahkan dengan pandemi ini.
Hay anak-anakKu,dalam kelelahan perjuanganmu didunia aku berharap terimalah selalu dalam hidupmu aku akan selalu ada disana dalam kesedihanmu didunia kutebarkan kegembiraan dalam kegembiraan itu hendaknya kau hadirkan rasa syukur.